Rabu, 18 April 2012

Aku bersyukur

Aku tau ia tidak benar-benar baik-baik saja. aku tau pasti ada sesuatu yang terjadi.
Ada yang tidak beres dan dia berusaha menyembunyikannya dengan sikapnya yang dingin sedingin es. Memasang tembok keras dan tinggi agar aku tidak bisa menjangkaunya.
Perlahan kudekati, ku sentuh tembok itu. Hasilnya masih saja keras dan tinggi tidak bisa ku jamah. Hingga berkali-kali kulakuan tanpa putus asa.
"aku capek. aku merasa di anak tiri kan" ucapnya perlahan dengan lirih, namun aku mendengarnya sangat jelas.
Ku pandang wajahnya yang menerawang ke depan. Raut wajahnya masih dingin, rahangnya keras. Namun jika ditamati lebih dalam, ada sebutir kristal bening di sudut matanya.
Aku teringat keika kami di makam, ia memandang batu nisan itu sangat dalam seperti sedang berkomunikasi dengan seseorang yang berada di dalam makam tersebut. Seseorang yang ia sayang dulu bahkan untuk selamanya. Seseorang yang telah memberikan ia kenangan terindah, tempatnya membagi suka dan duka, dan yang paling penting seseorang itu ialah wanita yang telah melahirkannya.
"pasti setelah ini kamu akan menganggapku lemah. iya kan?"
Aku sungguh sangat cemas padanya. Aku tidak pernah sekalipun menganggapnya lemah justru aku sangat bangga padanya atas ketegaran dan ketabahan hatinya.
Kusentuh pundaknya, ku elusnya perlahan. Sedikit demi sedikit butiran kristal di mataku jatuh membasahi wajah. Segera ku seka air mataku sebelum ia melihatnya.
Syukurlah Tuhan aku sangat berterima kasih dipertemukan dengan nya.

4 komentar: